Sabtu, 27 Oktober 2012

Ujian Yang Akan Datang





"Jadi berdirilah tegap, berikatpinggangkan kebenaran" (Efesus 6:14).

Allah telah memberikan pemeliharaan lengkap dalam Kitab Suci untuk digunakan sebagai alat melawan tipuan, dan kita tak akan punya alasan melawan Firman Allah, kita tak mampu melawan si jahat. Kita perlu berjaga-jaga dalam doa. Kita perlu setiap hari menyelidik Kitab Suci dengan tekun, agar kita tidak terjerat oleh kesalahan yang menipu yang kelihatan seperti kebenaran...

Yohanes menulis tentang pemandangan-pemandangan yang ada kaitannya dengan zaman kita. Ia berkata, "Bait Suci Allah terbuka di surga, dan di dalamnya terlihat tabut perjanjian-Nya." Tabut itu berisi loh batu di mana hukum Allah tertulis. Di Pulau Patmos, Yohanes melihat umat Allah dalam penglihatan nubuatan, dan melihat bahwa di masa ini perhatian dari para pengikut Kristus yang setia dan benar akan tertarik kepada pintu yang terbuka dari tempat mahakudus di Bait Suci surgawi. Ia melihat bahwa oleh iman mereka akan mengikut Yesus di dalam selubung di mana Ia melayani di atas tabut Allah yang berisi hukum kekal-Nya itu. Sang nabi menggambarkan orang-orang setia dengan berkata, " Inilah mereka yang memelihara hukum Allah, dan iman kepada Yesus."
Angin pengajaran akan bertiup kencang di sekitar kita, tetapi kita tidak boleh tergeser olehnya. Allah telah memberikan kita satu patokan kebenaran dan keadilan yang benarhukum dan kesaksian. Ada banyak orang mengaku mengasihi Allah, tetapi ketika Kitab Suci dibuka di hadapan mereka dan bukti-bukti yang dipaparkan memperlihatkan tuntutan hukum Allah yang mengikat, mereka memperlihatkan roh sang naga. Mereka membenci terang dan tidak mau datang kepadanya, kalau tidak perbuatan mereka akan ditegur. Mereka tidak akan membandingkan iman dan doktrin mereka dengan hukum dan kesaksian. Mereka memalingkan telinga dari mendengar kebenaran, dan tidak sabar menyatakan bahwa yang ingin mereka dengar hanyalah iman di dalam Kristus...Mereka menolak mengakui hukum keempat, yang mewajibkan kita untuk menguduskan hari Sabat. Mereka menyatakan bahwa Tuhan telah menyuruh mereka tidak perlu memelihara Sabat dari hukum-Nya itu.

Firman Allah menyatakan, Ia yang berkata aku mengenal Dia, dan tidak menuruti perintah-Nya, adalah seorang pendusta, dan kebenaran tidak ada di dalam dia.... Pekerjaan kita adalah menjunjung hukum Allah; karena Kristus telah berkata,...Diberkatilah mereka yang menuruti perintah-Nya, supaya mereka memiliki hak untuk mendapatkan pohon kehidupan, dan dapat masuk ke pintu gerbang kota itu. Signs of the Times, 22 April 1889.

Sumber :

Renungan Pagi "Suara Hati Nurani"
24 Oktober 2012.  Oleh Ellen G. White.

Sabtu, 16 Juni 2012

Pasal 2. UMAT PILIHAN


LEBIH seribu tahun lamanya bangsa Yahudi telah menantikan kedatangan Juruselamat. Atas peristiwa ini mereka telah meletakkan harapan‑harapan mereka yang paling gemilang. Dalam nyanyian dan nubuatan, dalam upacara bait suci dan perbaktian di rumah tangga, mereka telah memuja‑muja nama‑Nya. Namun pada kedatangan‑Nya, mereka tidak mengenal Dia. Buah Hati surga itu bagi mereka adalah "seperti suatu akar daripada tanah yang kering;" pada‑Nya tidak ada "barang keelokan atau kemuliaan;" dan mereka itu tidak melihat dalam diri‑Nya kecantikan rupa sehingga mereka harus merindukan Dia. "Telah la datang kepada milik‑Nya, tetapi orang milik‑Nya tidak menerima Dia."

Namun demikian Allah telah memilih Israel, la telah memanggil mereka untuk memelihara di antara manusia pengetahuan tentang hukum‑Nya, dan tentang lambang‑lambang dan nubuatan‑nubuatan yang menunjuk kepada Juruselamat. Ia menghendaki agar mereka menjadi mata air keselamatan bagi dunia. Sebagaimana Abraham di negeri pengembaraannya, sebagaimana Yusuf di Mesir, dan Daniel di istana Babel, demikian juga seharusnya orang Ibrani di antara segala bangsa. Mereka harus menyatakan Allah kepada umat manusia.

Dalam panggilan kepada Abraham Tuhan telah berfirman, "Aku akan memberkati engkau . . . maka hendaklah engkau menjadi suatu berkat, . . . maka dari dalammu juga segala bangsa yang di atas bumi akan beroleh berkat." Ajaran yang sama telah diulang‑ulangi dengan perantaraan nabi‑nabi. Sekalipun sesudah Israel dilemahkan oleh peperangan dan perhambaan, masih juga janji itu milik mereka, "Maka sisa-sisa Yakub akan ada di tengah-tengah  banyak bangsa seperti embun dari pada Tuhan seperti dirus hujan ke atas tumbuh-tumbuhan yang tidak menanti-nantikan orang dan tidak mengharap-harapkan anak manusia." Mikha 5:6. Mengenai bait suci yang di Yerusalem, Tuhan menegaskan dengan perantaraan Yesaya, "Rumah‑Ku akan disebut rumah doa bagi segala bangsa." Yes. 56:7.

Tetapi bangsa Israel menetapkan harapan mereka pada kebesaran duniawi. Sejak mereka masuk ke negeri Kanaan, mereka telah menyimpang dari hukum‑hukum Allah, lalu mengikut jalan‑jalan bangsa‑bangsa kafir. Sia‑sialah Allah mengirim amaran kepada mereka dengan perantaraan nabi‑nabi‑Nya. Sia‑sialah mereka menderita kesengsaraan dari penindasan bangsa‑bangsa kafir. Setiap reformasi disusul oleh kemurtadan yang lebih besar.

Sekiranya Israel sudah setia kepada Allah, la niscaya sudah akan dapat melaksanakan maksud‑Nya oleh kehormatan dan kemuliaan mereka. Sekiranya mereka sudah berjalan pada jalan-jalan penurutan, la niscaya sudah akan mengangkat mereka "di atas segala bangsa yang telah dijadikan-Nya" dalam pujian, dalam nama, dan dalam kehormatan. "Segala bangsa yang di dalam dunia," kata Musa, "akan melihat bahwa nama Tuhan telah disebut atasmu, dan mereka akan takut kepadamu." "Waktu mendengar segala ketetapan ini akan berkata: Memang bangsa yang besar ini adalah umat yang bijaksana dan berakal budi." Ul. 26:19; 28: 10; 4:6. Tetapi karena mereka tidak setia, maka maksud Allah dapat dilaksanakan hanya dengan kesusahan dan kehinaan yang tiada habis‑habisnya.


Mereka terpaksa tunduk ke bawah kekuasaan Babel, dan tercerai‑berai di seluruh negeri bangsa‑bangsa kafir. Dalam kesengsaraan banyak yang memperbarui kesetiaan mereka kepada perjanjian‑Nya. Sementara menggantungkan kecapi mereka pada pokok‑pokok gandarusa, serta meratapi bait suci kudus yang telah rusak binasa, cahaya kebenaran pun bersinarlah melalui mereka, dan pengetahuan tentang Allah tersebar di kalangan bangsa‑bangsa. Cara‑cara bangsa kafir mempersembahkan korban merupakan pemutarbalikan cara yang telah ditentukan Allah; maka banyak pengikut upacara‑upacara kafir yang bersungguh‑sungguh, mempelajari dari bangsa Ibrani arti upacara yang telah ditentukan Ilahi itu, lalu ingin percaya memegang teguh janji tentang seorang Penebus.

Banyak orang buangan itu menderita aniaya. Tidak sedikit yang kehilangan nyawanya sebab mereka tidak mau melanggar Sabat dan mengikuti pesta‑pesta kekafiran. Sementara penyembah‑penyembah berhala bangkit untuk menghancurkan kebenaran, Tuhan membawa hamba‑hamba‑Nya berhadapan muka dengan muka dengan raja‑raja dan penghulu‑penghulu supaya mereka itu dan bangsanya dapat menerima terang. Berkali‑kali raja‑raja yang paling besar dipimpin untuk mengakui kebesaran Allah yang disembah oleh orang‑orang tawanan bangsa Ibrani itu. 

Oleh tawanan Babel orang‑orang Israel sudah betul‑betul bertobat dari penyembahan patung‑patung ukiran. Sepanjang abad‑abad yang berikut, mereka menderita akibat penindasan musuh‑musuh kafir, hingga mereka menyadari benar‑benar bahwa kesejahteraan mereka bergantung kepada penurutan mereka pada hukum Allah. Tetapi di pihak sebagian besar dari bangsa itu, penurutan itu tidak didorong oleh kasih. Pendorong hatinya bersifat mementingkan diri. Mereka beramal secara lahir kepada Allah sebagai alat untuk mencapai kebesaran nasional. Mereka bukannya menjadi terang dunia, melainkan mengasingkan diri dari dunia supaya terlepas dari pencobaan kepada penyembahan berhala. Dalam petunjuk yang diberikan melalui Musa, Allah telah mengadakan larangan‑larangan dalam pergaulan mereka dengan para penyembah berhala; tetapi ajaran ini telah ditafsirkan salah. Petunjuk‑petunjuk itu sebetulnya dimaksudkan untuk mencegah mereka daripada meniru segala kebiasaan orang‑orang kafir. Tetapi hal itu telah dipakai untuk membangun sebuah tembok pemisah antara Israel dan segala bangsa lain. Bangsa Yahudi memandang Yerusalem sebagai surga mereka, dan mereka itu sebenarnya merasa cemburu kalau‑kalau Tuhan menunjukkan kemurahan kepada bangsa‑bangsa kafir.

Setelah pulang dari Babel, besarlah perhatian yang dicurahkan pada pendidikan agama. Di seluruh negeri, banyak rumah sembahyang dibangun di mana Taurat ditafsirkan oleh imam‑imam dan ahli‑ahli Taurat. Dan sekolah‑sekolah didirikan, yang di samping mengajarkan bermacam‑macam seni dan ilmu pengetahuan, mengaku mengajarkan asas‑asas kebenaran. Tetapi semua alat ini menjadi korup. Selama dalam tawanan, banyak dari antara bangsa itu sudah menerima pendapat‑pendapat serta adat‑adat kekafiran, dan semuanya ini dimasukkan ke dalam upacara keagamaan mereka. Dalam banyak hal mereka meniru kebiasaan‑kebiasaan para penyembah berhala.


Karena menyimpang daripada Allah, orang‑orang Yahudi pun lupalah pada umumnya akan ajaran upacara korban‑korban. Upacara itu telah disusun oleh Kristus sendiri. Dalam tiap bagian, upacara itu melambangkan diri‑Nya sendiri; dan hal itu penuh kuasa hidup dan keindahan rohani. Tetapi orang‑orang Yahudi telah kehilangan hidup rohani itu dari upacara-upacara mereka itu, dan telah bergantung pada berhala-berhala yang kaku. Mereka percaya pada segala korban dan upacara itu sendiri gantinya menyandarkan diri pada Dia, yang kepada‑Nya segala korban dan upacara tersebut menunjuk. Untuk memenuhi tempat perkara yang telah mereka kehilangan itu, imam‑imam serta rabi‑rabi memperbanyak tuntutan‑tuntutan ciptaan mereka sendiri; dan semakin tuntutan‑tuntutan itu bertambah keras, semakin berkuranglah kasih Allah dinyatakan. Mereka mengukur kesucian mereka oleh upacara‑upacara mereka yang tidak terkira banyaknya, sedangkan hati mereka penuh kesombongan dan kemunafikan.

Dengan segenap perintah mereka yang rumit dan berat itu, sungguh mustahillah untuk memelihara hukum. Orang‑orang yang ingin berbakti kepada Allah dan yang mencoba menurut ajaran rabi‑rabi, bekerja keras di bawah sebuah beban yang berat. Mereka tidak dapat beroleh perhentian dari tuduhan‑tuduhan angan‑angan hati yang risau. Demikianlah Setan bekerja untuk melemahkan semangat bangsa itu, untuk merendahkan pendapat mereka mengenai tabiat Allah, dan untuk membawa iman orang‑orang Israel ke dalam kehinaan. Ia berharap hendak membuktikan ucapan yang dikeluarkannya waktu ia memberontak di surga dulu,‑bahwa tuntutan‑tuntutan Allah tidak adil, dan tidak dapat diturut. Sekalipun Israel, katanya, tidak memelihara hukum.
Sementara bangsa Yahudi merindukan kedatangan Mesias, mereka tidak mempunyai pengertian yang benar tentang pekerjaan‑Nya. Mereka bukannya mencari penebusan dari dosa, melainkan kebebasan dari bangsa Romawi. Mereka mengharap Mesias datang selaku seorang penguasa perang, untuk menghancurkan kekuasaan penindas, dan mengangkat Israel menjadi pemerintah seluruh dunia. Demikianlah jalan disediakan bagi mereka itu untuk menolak Juruselamat.


Pada waktu Kristus lahir bangsa itu merasa muak di bawah pemerintahan penjajah‑penjajah asing, dan menderita sakit dengan pertikaian‑pertikaian antara mereka sendiri. Orang Yahudi selama ini diizinkan menjalankan satu bentuk pemerintahan tersendiri; tetapi tiadalah barang suatu pun yang dapat menyamarkan kenyataan bahwa mereka itu berada di bawah kuk bangsa Romawi, atau menyenangkan hati mereka kepada batas‑batas kuasa mereka itu. Bangsa Romawi mengaku berhak mengangkat atau membebaskan imam besar, dan kedudukan itu acapkali diperoleh dengan jalan kecurangan, penyogokan, dan bahkan pembunuhan. Demikianlah keimamatan itu makin lama makin bertambah korup. Namun imam‑imam masih senantiasa memiliki kuasa besar, dan mereka menggunakan kuasa tersebut untuk mencari keuntungan dan laba diri sendiri. Orang banyak menderita di bawah tuntutan‑tuntutan mereka yang tidak kenal belas kasihan, dan juga dipaksa membayar pajak yang berat oleh bangsa Romawi. Keadaan ini menimbulkan perasaan tidak puas di segala tempat. Pemberontakan rakyat jelata sering terjadi. Kegelojohan serta kekerasan, curiga dan sikap masa bodoh terhadap kerohanian, merongrong jantung bangsa itu. Kebencian terhadap orang Romawi, kesombongan kebangsaan dan kerohanian, menyebabkan bangsa Yahudi lebih lagi berpegang teguh pada upacara‑upacara perbaktian mereka. Para imam berusaha menjaga nama baik demi kekudusan oleh perhatian yang amat teliti terhadap upacara‑upacara keagamaan. Orang banyak, dalam kegelapan dan penindasan yang menimpa mereka, dan penghulu‑penghulu yang haus akan kekuasaan, merindukan kedatangan Dia yang akan menaklukkan musuh‑musuh mereka, serta mengembalikan kerajaan itu kepada Israel. Mereka telah mempelajari segala nubuatan, tetapi tanpa pengertian rohani. Demikianlah mereka melampaui saja segala nubuatan yang menunjuk kepada kehinaan kedatangan Kristus yang pertama kali, dan salah mengartikan nubuatan‑nubuatan yang berbicara tentang kemuliaan kedatangan‑Nya yang kedua kali. Kecongkakan mengaburkan pandangan mata mereka. Mereka menafsirkan nubuatan sesuai dengan keinginan‑keinginan hati mereka yang mementingkan diri itu.

Sumber: Kerinduan Segala Zaman. Pasal 2. Ellen G. White

Pasal 1. ALLAH BESERTA KITA


MAKA Ia itu akan dinamai Imanuel, . . Allah beserta kita."
"Terang pengetahuan kemuliaan Allah" nampak "pada wajah Yesus Kristus." Sejak masa kekekalan Tuhan Yesus Kristus satu dengan Bapa Ialah "peta Allah," peta kebesaran dan keagungan‑Nya, "cahaya kemuliaan‑Nya." Untuk menyatakan kemuliaan inilah Ia datang ke dunia kita ini. Ke bumi yang sudah digelapkan oleh dosa ini Ia datang untuk menyatakan terang kasih Allah, menjadi "Allah beserta kita." Karena itulah maka telah dinubuatkan tentang Dia, "Maka Ia itu akan dinamai Imanuel."

Oleh datang tinggal bersama kita, Yesus harus menyatakan Allah baik kepada umat manusia maupun kepada segala malaikat. Ialah Kalam Allah,‑ buah pikiran Allah yang dijadikan dapat didengar. Dalam doa‑Nya untuk murid‑murid‑Nya la berkata, "Aku sudah memberi tahu Nama‑Mu kepada mereka itu,"‑"pengasih dan penyayang, yang panjang sabar lagi besar kemurahan‑Nya dan kebenaran‑Nya,"supaya kasih yang seperti engkau kasih akan Daku itu tetap di dalam mereka itu dan Aku pun tetap di dalam mereka itu juga." Tetapi bukannya untuk anak‑anak‑Nya yang di dunia ini saja pernyataan ini dikeluarkan. Dunia kita yang kecil ini adalah buku pelajaran semesta alam. Maksud anugerah Allah yang ajaib, rahasia kasih penebusan, ialah pokok pikiran yang "malaikat ingin hendak mengetahui." Dan yang akan menjadi mata pelajaran mereka sepanjang masa kekekalan. Baik umat tebusan maupun makhluk‑makhluk yang tidak jatuh ke dalam dosa akan mendapat ilmu pengetahuan serta nyanyian mereka itu di salib Kristus. Akan tampaklah kelak bahwa kemuliaan yang bersinar pada wajah Yesus itu ialah kemuliaan kasih yang lahir dari pengorbanan diri. Dalam terang yang dari Golgota akan tampaklah kelak, bahwa hukum kasih yang lahir dari penyangkalan diri ialah hukum hidup untuk bumi dan surga: bahwa kasih yang "tidak mencari keuntungan dirinya saja" bersumber dalam hati Allah; dan bahwa dalam diri Orang yang maha lemah‑lembut dan rendah hati itu ternyata tabiat Dia yang bersemayam dalam terang, yang tidak dapat dihampiri oleh seorang jua pun.

Pada mula pertama, Allah dinyatakan dalam segala ciptaan‑Nya, Kristuslah yang membentangkan langit, dan yang meletakkan alasan bumi ini. Tangan‑Nyalah yang menggantungkan segala dunia di angkasa, dan yang membentuk segala bunga di padang. Kodrat‑Nya "menetapkan segala gunung." "la yang empunya laut, karena telah dijadikan‑Nya." Mzm. 65:7; 95:5. Ialah yang mengisi bumi ini dengan keindahan, dan udara dengan nyanyian. Dan pada segala benda yang ada di bumi, di udara, dan di langit, Ia menuliskan kabar kasih Bapa.


Kini dosa sudah menodai benda‑benda ciptaan Allah yang sempurna itu, namun tulisan tangan itu masih senantiasa ada. Sekarang ini pun semua benda ciptaan itu masih menunjukkan kemuliaan kebesaran‑Nya. Suatu pun tiada, kecuali hati manusia yang mementingkan diri, yang hidup untuk kepentingannya sendiri belaka. Tidak seekor burung yang terbang di udara, tidak seekor binatang yang bergerak di atas tanah, yang tidak mendatangkan kebahagiaan kepada sesuatu makhluk lain. Tiada sehelai daun yang di hutan, atau rumput yang biasa sekalipun, yang tidak mempunyai peran. Tiap pohon, belukar dan daun menghamburkan anasir hayat, yang tanpa itu baik manusia maupun binatang tidak dapat hidup; sebaliknya manusia serta binatang, melayani kebutuhan hidup pohon, belukar dan daun itu pula. Bunga bungaan menghamburkan bau semerbak harum serta memamerkan keindahannya guna berkat bagi dunia. Matahari memancarkan cahayanya untuk menggembirakan ribuan dunia. Lautan, yakni sumber segala mata air kita itu, menerima semua air sungai dari segenap negeri, tetapi menerima untuk kemudian memberi. Kabut yang naik dari permukaannya jatuh berupa hujan lebat untuk membasahi bumi, agar dapat mengeluarkan hasil.

Malaikat‑malaikat kemuliaan mendapat kegembiraannya dalam memberi, memberikan kasih dan penjagaan yang tidak mengenal jerih lelah kepada jiwa‑jiwa yang telah jatuh ke dalam dosa dan yang telah najis. Makhluk‑makhluk semawi membujuk hati manusia; mereka itu membawa terang dari istana surga ke dunia yang gelap‑gulita ini; dengan pelayanan yang lemah‑lembut dan kesabaran, mereka menggerakkan roh manusia, untuk membawa yang telah sesat ke dalam persekutuan dengan Kristus yang malah lebih rapat lagi daripada yang mereka sendiri dapat tahu.

Tetapi beralih dari semua gambaran yang lebih kecil itu, kita memandang Allah dalam diri Yesus. Oleh memandang kepada Yesus, kita melihat bahwa memberi itu adalah kemuliaan Allah kita. "Aku tidak berbuat apa‑apa dari diri‑Ku sendiri," kata Yesus; "Sama seperti Bapa yang hidup mengutus Aku dan Aku hidup oleh Bapa." "Aku ini tidak menuntut kemuliaan bagi diri‑Ku sendiri," melainkan kemuliaan bagi Dia yang menyuruh Aku. Yoh. 8:28; 6:57; 8:50, 7:18. Dalam perkataan ini dikemukakan asas utama yang menjadi hukum hidup bagi semesta alam. Segala sesuatu diterima Kristus dari Allah tetapi Ia menerima untuk kemudian memberi. Demikianlah di istana surga, dalam pelayanan‑Nya kepada semua makhluk; oleh Putra yang kekasih itu, hidup Bapa mengalir kepada sekaliannya; melalui Putra itu, hidup tersebut kembali pula dalam rupa puji‑pujian dan pelayanan gembira, gelombang kasih yang meluap‑luap, kepada Sumber besar dari semuanya. Dengan demikian melalui Kristus lengkaplah peredaran segala kebajikan yang membayangkan sifat Penganugerah besar itu, yang mana ialah hukum hidup.

Justru di surga hukum ini telah dilanggar. Dosa berasal dalam sifat mementingkan diri. Bintang Kejora, kerubium yang menaungi itu, ingin menjadi kepala di surga. Ia berusaha hendak menguasai seluruh makhluk yang di surga, menjauhkan mereka itu dari Khaliknya, dan mendapat penghormatan mereka itu kepada dirinya sendiri. Sebab itu ia telah melukiskan tentang Allah, dengan mengatakan bahwa Allah sungguh gemar meninggikan diri. Ia berusaha mengenakan ciri‑ciri tabiatnya sendiri yang jahat itu kepada Khalik yang penuh kasih sayang. Demikianlah ia memperdaya malaikat‑malaikat. Demikianlah pula ia memperdaya manusia. Disesatkannya mereka supaya meragukan sabda Allah dan jangan percaya akan kebaikan‑Nya. Sebab Allah mahaadil dan mahabesar, Setan mengusahakan agar mereka memandang kepada‑Nya sebagai Allah yang bengis dan tidak mengenal ampun. Demikianlah diajaknya manusia menggabungkan diri dengan dia dalam pemberontakan melawan Allah, kemudian malam malapetaka pun meliputi dunia ini.


Bumi gelap oleh salah pengertian akan Allah. Supaya bayang‑bayang yang gelap itu dapat diterangi, supaya dunia dapat dibawa kembali ke pangkuan Allah, kuasa penipuan Setan harus dihancurkan. Ini tidak dapat dilakukan dengan kekerasan. Penggunaan kekerasan bertentangan dengan asas‑asas pemerintahan Allah; Ia menghendaki hanya pelayanan kasih; dan kasih tidak dapat dipaksakan; kasih tidak dapat diperoleh dengan kekerasan atau kekuasaan. Hanyalah kasih yang dapat menggugah kasih itu. Mengenal Allah berarti mengasihi‑Nya; tabiat‑Nya wajiblah dinyatakan supaya besar bedanya dengan tabiat Setan. Pekerjaan ini dapat dilakukan hanya oleh satu Oknum di semesta alam ini. Hanya Dia yang mengetahui tinggi serta dalamnya kasih Allah itu yang dapat menunjukkannya. Dalam malam gelap‑gulita dunia, Matahari Kebenaran wajib terbit "dengan kesembuhan di bawah kepak‑Nya."

Rencana penebusan kita bukanlah suatu buah pikiran yang lahir belakangan, suatu rencana yang dirumuskan sesudah Adam berdosa. Rencana tersebut adalah kenyataan "sesuai dengan kenyataan rahasia, yang didiamkannya berabad‑abad lamanya." Rm. 16:25. Itulah uraian asas‑asas yang telah merupakan dasar singgasana Allah sejak zaman abadi. Sejak mula pertama, Allah dan Kristus sudah mengetahui kemurtadan Setan, dan kejatuhan manusia oleh kuasa tipu‑daya pendurhaka itu. Allah tidak merencanakan supaya dosa ada, tetapi melihatnya lebih dulu jauh sebelum dosa itu lahir, lalu mengadakan persiapan guna menghadapi peristiwa yang mengerikan itu. Sungguh besar kasih‑Nya bagi dunia ini sehingga dijanjikan‑Nya memberikan Anak‑Nya yang tunggal, "supaya setiap orang yang percaya kepada‑Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal." Yoh. 3:16.

Bintang Timur telah berkata, "Aku hendak naik ke langit, aku hendak mendirikan takhtaku mengatasi bintang‑bintang Allah; . . . hendak menyamai Yang Mahatinggi!" Yes. 14:13, 14. Tetapi Kristus "yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri‑Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia." Flp. 2:6, 7.

Inilah suatu pengorbanan suka‑rela. Yesus sebenarnya boleh tetap tinggal di sisi Bapa. Ia sebenarnya boleh tetap memiliki kemuliaan surga, dan mendapat penghormatan segala malaikat. Tetapi la memilih menyerahkan kembali tongkat kerajaan itu ke tangan Bapa, dan turun dari takhta kerajaan alam semesta, supaya Ia dapat membawa terang kepada mereka yang di dalam kegelapan, serta hidup kepada mereka yang nyaris binasa.

Hampir dua ribu tahun yang lampau, terdengarlah suatu suara mengandung arti rahasia di surga dari takhta Allah, "Bahwasanya Aku ini datang." "Korban sembelihan dan persembahan tidak Engkau kehendaki, melainkan telah Kau sediakan tubuh itu bagi‑Ku.... Bahwasanya Aku ini datang (dalam gulungan Alkitab tersuratlah akan hal‑Ku,) akan membuat kehendak‑Mu, ya Allah." Dalam kata‑kata ini diumumkan pelaksanaan maksud yang telah dirahasiakan sejak zaman yang kekal. Kristus sudah hampir akan mengunjungi dunia kita ini, dan menjelma menjadi manusia. Firman‑Nya, "Telah Kau sediakan tubuh itu bagi‑Ku." Sekiranya Ia datang dengan kemuliaan yang ada pada‑Nya bersama dengan Bapa sebelum dunia ada, maka kita tidak akan tahan melihat cahaya hadirat‑Nya. Supaya kita dapat melihat‑Nya dan tidak menjadi binasa, kehebatan kemuliaan‑Nya diselubungi. Keilahian‑Nya diselubungi dengan kemanusiaan, kemuliaan yang tidak kelihatan dalam tubuh manusia yang kelihatan.


Maksud besar ini telah dibayangkan selanjutnya dalam bayangan dan lambang. Belukar yang bernyala‑nyala, yang dalamnya Kristus menampakkan diri kepada Musa, menyatakan Allah. Lambang yang digunakan untuk membayangkan kepribadian Ilahi itu adalah sebuah belukar yang sederhana, yang nampaknya tiada mengandung penarikan. Belukar itu menjadi lambang Ilahi. Allah Yang Mahamurah itu menyelubungi kemuliaan‑Nya dalam sebuah lambang yang paling sederhana, supaya Musa dapat melihatnya dan tetap hidup. Demikianlah dalam tiang awan pada siang hari dan dalam tiang api pada malam hari, Allah mengadakan hubungan dengan Israel, menyatakan kehendak‑Nya kepada manusia, serta mengaruniakan rahmat‑Nya kepada mereka. Kemuliaan Allah dikurangi, serta kebesaran‑Nya diselubungi supaya mata manusia yang lemah itu dapat melihatnya. Demikianlah Kristus harus datang dalam tubuh seperti "tubuh kita yang hina ini," "dalam rupa manusia." Di mata dunia Ia tidak mempunyai kecantikan sehingga mereka harus menyukai Dia; namun Ialah Allah yang telah menjelma, terang surga dan bumi. Kemuliaan‑Nya diselubungi, kebesaran serta kekuasaan‑Nya disembunyikan, supaya la dapat merapatkan diri kepada manusia yang berduka‑cita dan tergoda.

Allah memberikan perintah kepada Musa bagi Israel, "Dan mereka harus membuat tempat kudus bagi‑Ku, supaya Aku akan diam di tengah‑tengah mereka," (Kel. 25:8), dan la bersemayam dalam bait suci itu, di antara umat‑Nya. Selama pengembaraan mereka yang memenatkan di padang belantara itu, lambang hadirat‑Nya menyertai mereka. Demikianlah Kristus mendirikan bait suci‑Nya di antara tempat kediaman manusia. Didirikan‑Nya kemah‑Nya di samping kemah‑kemah manusia, supaya Ia dapat diam di antara kita, dan membuat kita tahu benar tabiat serta hidup‑Nya yang Ilahi. "Maka Kalam itu telah menjadi daging dan duduk di antara kami (maka telah kami melihat kemuliaan‑Nya, suatu kemuliaan seperti Anak Tunggal Bapa) penuhlah la dengan karunia dan kebenaran."

Karena Yesus datang untuk tinggal dengan kita di dunia ini, kita tahu bahwa Tuhan telah maklum akan segala kesukaran kita, dan turut merasa segenap kesusahan kita. Setiap anak Adam baik pria maupun wanita dapat mengerti bahwa Khalik kita itu adalah sahabat orang‑orang berdosa. Karena dalam setiap doktrin anugerah, setiap janji kegirangan, setiap perbuatan kasih, setiap penarikan Ilahi yang ditunjukkan dalam hidup Juruselamat tatkala di bumi ini, nampak oleh kita "Allah beserta kita."

Setan menunjukkan hukum kasih Allah sebagai hukum yang berdasarkan sifat mementingkan diri. Ia menyatakan bahwa sungguh mustahil bagi kita menurut segala ajarannya. Kejatuhan nenek moyang kita yang pertama, bersama segala malapetaka yang telah timbul, dituduhkannya ke atas Khalik, menyebabkan manusia memandang Allah sebagai sumber dosa, penderitaan, dan maut. Yesus harus menyingkap tabir penipuan ini. Selaku seorang dari antara kita Ia harus memberikan sebuah contoh penurutan. Untuk maksud ini la mengenakan sifat‑sifat kita, dan merasai segala pengalaman kita. "Haruslah Ia menjadi sama dengan segala saudara dalam segala perkara." Kalau kita harus menanggung sesuatu yang tidak ditanggung oleh Yesus, maka dalam hal ini Setan akan mengatakan bahwa kuasa Allah tidak cukup bagi kita. Karena itu Yesus telah "digoda dalam segala perkara, sama seperti kita juga." Ditanggung‑Nya segala ujian yang kita juga derita. Tidak pernah la menggunakan sesuatu kuasa apa pun untuk kepentingan diri‑Nya sendiri, yang tak dikaruniakan kepada kita dengan leluasa. Selaku seorang manusia Ia menghadapi penggodaan, dan mengalahkannya dengan tenaga yang dikaruniakan Allah kepada‑Nya. Sabda‑Nya, "Aku gemar melakukan kehendak‑Mu, ya Allah‑Ku, dan hukum‑Mu adalah di dalam dada‑Ku." Sementara Ia berjalan keliling berbuat baik, dan menyembuhkan semua orang yang dianiaya Setan, Ia menjelaskan kepada umat manusia keadaan hukum Allah dan sifat pekerjaan‑Nya. Hidup‑Nya menyaksikan bahwa mungkinlah bagi kita juga untuk menurut hukum Allah.


Dengan kemanusiaan‑Nya, Kristus menjamah manusia; dengan Keilahian‑Nya Ia berpegang pada takhta Allah. Selaku Anak manusia, Ia memberi kepada kita satu teladan penurutan; selaku Putra Allah, la memberikan kepada kita kuasa untuk menurut. Kristuslah yang dari belukar di Bukit Horeb dulu berfirman kepada Musa begini, "AKU ADA, YANG AKU ADA. Demikian hendaklah kaukatakan kepada bani Israel: Bahwa AKU ADA menyuruh aku kepada kamu." Inilah ikrar aksi pembebasan bani Israel. Maka ketika Ia datang dalam keadaan yang "sama dengan manusia, la menyatakan diri‑Nya sebagai AKU ADA Anak Betlehem, Juruselamat yang lemah‑lembut dan rendah hati itu, ialah Allah yang "dinyatakan dalam daging." Dan kepada kita Ia bersabda, "'AKULAH Gembala yang Baik.' 'AKU inilah Roti Hidup.' 'AKU inilah Jalan, dan Kebenaran, dan Hidup.' 'Segala kuasa telah dikaruniakan kepada‑Ku, baik di langit, baik di atas bumi', 'AKULAH jaminan segala janji.' 'AKU ADA; jangan takut.'" "Allah adalah dengan kita" ialah jaminan kelepasan kita dan dosa, jaminan tenaga kita untuk menurut hukum surga.

Dalam merendahkan diri untuk mengenakan tubuh kemanusiaan pada diri‑Nya, Kristus menyatakan suatu tabiat yang berlawanan dengan tabiat Setan. Tetapi Ia turun lebih rendah lagi di jalan kehinaan. "Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri‑Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib." Flp. 2:8. Sebagaimana imam besar menanggalkan jubah‑jubah keimamatannya yang serba indah, dan bekerja dengan memakai jubah putih imam yang biasa, demikian juga Kristus mengambil rupa seorang pelayan, dan mempersembahkan korban, Dia sendiri imamnya, Dia sendiri pula korbannya. "Tetapi Dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur‑bilurnya kita menjadi sembuh." Yes. 53:5.

Kristus diperlakukan sebagaimana kita layak diperlakukan, supaya kita dapat diperlakukan sebagaimana la layak diperlakukan. Ia dihinakan karena segala dosa kita, yang dalamnya Ia tidak terlibat, supaya kita dapat dibenarkan oleh kebenaran‑Nya yang dalamnya kita tidak mempunyai hak apa‑apa. Ia menderita kematian yang kita punya, supaya kita mendapat hidup yang Dia punya. "Oleh segala bilur‑Nya kita pun disembuhkan."


Oleh kehidupan dan kematian‑Nya, Kristus telah memperoleh jauh melebihi pemulihan dari kebinasaan yang terjadi oleh dosa. Adalah maksud Setan untuk mengadakan perpisahan yang kekal antara Allah dan umat manusia; tetapi dalam Kristus, kita dihubungkan lebih rapat lagi dengan Allah daripada sekiranya kita tidak pernah berdosa. Dalam mengambil sifat‑sifat kita, Juruselamat telah mengikatkan diri‑Nya kepada manusia dengan ikatan kasih yang tidak pernah akan putus. Sepanjang zaman yang kekal Ia dihubungkan dengan kita. "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak‑Nya yang tunggal." Yoh. 3:16. Ia mengaruniakan Dia bukan saja untuk memikul dosa‑dosa kita belaka, dan mati sebagai korban kita; la menyerahkan Dia kepada umat yang telah berdosa. Untuk memberi kita kepastian tentang bicara perdamaian‑Nya yang tidak terubah itu, Allah mengaruniakan Anak‑Nya yang tunggal itu untuk menjadi anggota keluarga umat manusia, untuk selama‑lamanya memiliki sifat kemanusiaan‑Nya. Inilah ikrar yang menunjukkan bahwa Allah pasti akan menepati janji‑Nya. "Seorang kanak‑kanak sudah jadi bagi kita, seorang anak laki‑laki sudah dikaruniakan kepada kita; bahwa pemerintahan ada di atas bahu‑Nya." Allah telah memakai sifat kemanusiaan dalam diri Anak‑Nya, dan telah membawanya ke langit yang tertinggi. "Anak manusia" itulah yang juga turut bersemayam di takhta alam semesta. "Anak manusia" itulah yang nama‑Nya akan disebut, " namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai." AKU ADA itulah Pengantara antara Allah dan manusia, yang meletakkan tangan‑Nya atas keduanya. Ia yang "saleh, tanpa salah, tanpa noda, yang terpisah dari orang‑orang berdosa" itu, tidak merasa malu untuk menyebut kita saudara. lbr.7:26; 2:11. Dalam Kristus keluarga yang di bumi dan yang di surga dipersatukan. Kristus yang dipermuliakan itu adalah saudara kita. Surga dikandung‑puja dalam dada manusia, dan manusia dirangkul mesra dalam dada Kasih Yang Tidak Terduga

Mengenai umat‑Nya Allah berfirman, "Beberapa tiang batu yang berkarang akan didirikan seperti panji‑panji pada tanahnya. Hai betapa besar kemuliaan‑Nya! Hai betapa besar keelokannya!" Kemuliaan umat tebusan akan menjadi sebuah kesaksian yang kekal bagi belas kasihan Allah. "Pada segala zaman yang akan datang kelak," la akan menunjukkan "kekayaan karunia‑Nya yang amat limpah itu oleh kemurahan‑Nya atas kita dalam Yesus Kristus." "Supaya sekarang oleh jemaat diberitahukan pelbagai ragam hikmat Allah kepada pemerintah‑pemerintah dan penguasa‑penguasa di surga, sesuai dengan maksud abadi, yang telah dilaksanakan‑Nya dalam Kristus Yesus, Tuhan kita." Efesus 3:7; 3:10, 11.

Oleh pekerjaan tebusan Kristus, pemerintahan Allah dibenarkan. Yang Mahakuasa itu dinyatakan sebagai Allah kasih. Segala tuduhan Setan terbukti salah dan tabiatnya dinyatakan. Pemberontakan tidak akan dapat timbul lagi. Dosa bahkan tidak dapat memasuki lagi alam semesta. Sepanjang zaman yang kekal semua orang akan terhindar dari bencana kemurtadan. Oleh pengorbanan diri sendiri yang lahir dari kasih, penduduk bumi dan surga terikat kepada Khaliknya dalam ikatan‑ikatan persekutuan yang tidak dapat terurai lagi.

Pekerjaan tebusan akan sempurna. Di tempat dosa merajalela dulu rahmat Allah akan lebih berkelimpahan lagi. Bumi sendiri, justru ladang yang dikatakan Setan sebagai hak miliknya itu, bukan hanya akan ditebus tetapi juga dimuliakan. Dunia kita yang kecil ini, yang akibat laknat dosa merupakan satu‑satunya noda hitam dalam semesta alam ciptaan‑Nya yang mulia itu, akan dihormati melebihi segala dunia lain yang ada di semesta alam Allah. Di sinilah tempat Anak Allah telah tinggal di antara manusia tempat Raja Kemuliaan hidup, menderita dan mati, di sinilah apabila Ia memperbarui segala sesuatu kelak, bait Allah akan ada di antara manusia "dan Tuhan pun akan duduk dengan mereka itu, dan mereka itu akan menjadi umat‑Nya dan Allah sendiri akan serta dengan mereka itu dan menjadi Allah‑Nya." Maka sepanjang zaman yang kekal sementara orang‑orang tebusan berjalan dalam cahaya Tuhan kelak, mereka akan memuji‑muji Dia karena Karunia‑Nya yang tidak dapat diungkapkan dengan kata‑kata itu, Imanuel, "Allah beserta kita."

Sumber : Kerinduan Segala Zaman. Pasal 1. Ellen G. White.