MAKA Ia itu akan dinamai Imanuel,
. . Allah beserta kita."
"Terang pengetahuan
kemuliaan Allah" nampak "pada wajah Yesus Kristus." Sejak masa
kekekalan Tuhan Yesus Kristus satu dengan Bapa Ialah "peta Allah,"
peta kebesaran dan keagungan‑Nya, "cahaya kemuliaan‑Nya." Untuk
menyatakan kemuliaan inilah Ia datang ke dunia kita ini. Ke bumi yang sudah
digelapkan oleh dosa ini Ia datang untuk menyatakan terang kasih Allah, menjadi
"Allah beserta kita." Karena itulah maka telah dinubuatkan tentang
Dia, "Maka Ia itu akan dinamai Imanuel."
Oleh datang tinggal bersama kita,
Yesus harus menyatakan Allah baik kepada umat manusia maupun kepada segala
malaikat. Ialah Kalam Allah,‑ buah pikiran Allah yang dijadikan dapat didengar.
Dalam doa‑Nya untuk murid‑murid‑Nya la berkata, "Aku sudah memberi tahu
Nama‑Mu kepada mereka itu,"‑"pengasih dan penyayang, yang panjang
sabar lagi besar kemurahan‑Nya dan kebenaran‑Nya,"supaya kasih yang
seperti engkau kasih akan Daku itu tetap di dalam mereka itu dan Aku pun tetap
di dalam mereka itu juga." Tetapi bukannya untuk anak‑anak‑Nya yang di
dunia ini saja pernyataan ini dikeluarkan. Dunia kita yang kecil ini adalah
buku pelajaran semesta alam. Maksud anugerah Allah yang ajaib, rahasia kasih
penebusan, ialah pokok pikiran yang "malaikat ingin hendak
mengetahui." Dan yang akan menjadi mata pelajaran mereka sepanjang masa
kekekalan. Baik umat tebusan maupun makhluk‑makhluk yang tidak jatuh ke dalam
dosa akan mendapat ilmu pengetahuan serta nyanyian mereka itu di salib Kristus.
Akan tampaklah kelak bahwa kemuliaan yang bersinar pada wajah Yesus itu ialah
kemuliaan kasih yang lahir dari pengorbanan diri. Dalam terang yang dari
Golgota akan tampaklah kelak, bahwa hukum kasih yang lahir dari penyangkalan
diri ialah hukum hidup untuk bumi dan surga: bahwa kasih yang "tidak
mencari keuntungan dirinya saja" bersumber dalam hati Allah; dan bahwa
dalam diri Orang yang maha lemah‑lembut dan rendah hati itu ternyata tabiat Dia
yang bersemayam dalam terang, yang tidak dapat dihampiri oleh seorang jua pun.
Pada mula pertama, Allah
dinyatakan dalam segala ciptaan‑Nya, Kristuslah yang membentangkan langit, dan
yang meletakkan alasan bumi ini. Tangan‑Nyalah yang menggantungkan segala dunia
di angkasa, dan yang membentuk segala bunga di padang. Kodrat‑Nya
"menetapkan segala gunung." "la yang empunya laut, karena telah
dijadikan‑Nya." Mzm. 65:7; 95:5. Ialah yang mengisi bumi ini dengan
keindahan, dan udara dengan nyanyian. Dan pada segala benda yang ada di bumi,
di udara, dan di langit, Ia menuliskan kabar kasih Bapa.
Kini dosa sudah menodai benda‑benda
ciptaan Allah yang sempurna itu, namun tulisan tangan itu masih senantiasa ada.
Sekarang ini pun semua benda ciptaan itu masih menunjukkan kemuliaan kebesaran‑Nya.
Suatu pun tiada, kecuali hati manusia yang mementingkan diri, yang hidup untuk
kepentingannya sendiri belaka. Tidak seekor burung yang terbang di udara, tidak
seekor binatang yang bergerak di atas tanah, yang tidak mendatangkan
kebahagiaan kepada sesuatu makhluk lain. Tiada sehelai daun yang di hutan, atau
rumput yang biasa sekalipun, yang tidak mempunyai peran. Tiap pohon, belukar
dan daun menghamburkan anasir hayat, yang tanpa itu baik manusia maupun
binatang tidak dapat hidup; sebaliknya manusia serta binatang, melayani
kebutuhan hidup pohon, belukar dan daun itu pula. Bunga bungaan menghamburkan
bau semerbak harum serta memamerkan keindahannya guna berkat bagi dunia.
Matahari memancarkan cahayanya untuk menggembirakan ribuan dunia. Lautan, yakni
sumber segala mata air kita itu, menerima semua air sungai dari segenap negeri,
tetapi menerima untuk kemudian memberi. Kabut yang naik dari permukaannya jatuh
berupa hujan lebat untuk membasahi bumi, agar dapat mengeluarkan hasil.
Malaikat‑malaikat kemuliaan
mendapat kegembiraannya dalam memberi, memberikan kasih dan penjagaan yang
tidak mengenal jerih lelah kepada jiwa‑jiwa yang telah jatuh ke dalam dosa dan
yang telah najis. Makhluk‑makhluk semawi membujuk hati manusia; mereka itu
membawa terang dari istana surga ke dunia yang gelap‑gulita ini; dengan
pelayanan yang lemah‑lembut dan kesabaran, mereka menggerakkan roh manusia,
untuk membawa yang telah sesat ke dalam persekutuan dengan Kristus yang malah
lebih rapat lagi daripada yang mereka sendiri dapat tahu.
Tetapi beralih dari semua
gambaran yang lebih kecil itu, kita memandang Allah dalam diri Yesus. Oleh
memandang kepada Yesus, kita melihat bahwa memberi itu adalah kemuliaan Allah
kita. "Aku tidak berbuat apa‑apa dari diri‑Ku sendiri," kata Yesus;
"Sama seperti Bapa yang hidup mengutus Aku dan Aku hidup oleh Bapa."
"Aku ini tidak menuntut kemuliaan bagi diri‑Ku sendiri," melainkan
kemuliaan bagi Dia yang menyuruh Aku. Yoh. 8:28; 6:57; 8:50, 7:18. Dalam
perkataan ini dikemukakan asas utama yang menjadi hukum hidup bagi semesta
alam. Segala sesuatu diterima Kristus dari Allah tetapi Ia menerima untuk
kemudian memberi. Demikianlah di istana surga, dalam pelayanan‑Nya kepada semua
makhluk; oleh Putra yang kekasih itu, hidup Bapa mengalir kepada sekaliannya;
melalui Putra itu, hidup tersebut kembali pula dalam rupa puji‑pujian dan
pelayanan gembira, gelombang kasih yang meluap‑luap, kepada Sumber besar dari
semuanya. Dengan demikian melalui Kristus lengkaplah peredaran segala kebajikan
yang membayangkan sifat Penganugerah besar itu, yang mana ialah hukum hidup.
Justru di surga hukum ini telah
dilanggar. Dosa berasal dalam sifat mementingkan diri. Bintang Kejora, kerubium
yang menaungi itu, ingin menjadi kepala di surga. Ia berusaha hendak menguasai
seluruh makhluk yang di surga, menjauhkan mereka itu dari Khaliknya, dan
mendapat penghormatan mereka itu kepada dirinya sendiri. Sebab itu ia telah
melukiskan tentang Allah, dengan mengatakan bahwa Allah sungguh gemar
meninggikan diri. Ia berusaha mengenakan ciri‑ciri tabiatnya sendiri yang jahat
itu kepada Khalik yang penuh kasih sayang. Demikianlah ia memperdaya malaikat‑malaikat.
Demikianlah pula ia memperdaya manusia. Disesatkannya mereka supaya meragukan
sabda Allah dan jangan percaya akan kebaikan‑Nya. Sebab Allah mahaadil dan mahabesar,
Setan mengusahakan agar mereka memandang kepada‑Nya sebagai Allah yang bengis
dan tidak mengenal ampun. Demikianlah diajaknya manusia menggabungkan diri
dengan dia dalam pemberontakan melawan Allah, kemudian malam malapetaka pun
meliputi dunia ini.
Bumi gelap oleh salah pengertian
akan Allah. Supaya bayang‑bayang yang gelap itu dapat diterangi, supaya dunia
dapat dibawa kembali ke pangkuan Allah, kuasa penipuan Setan harus dihancurkan.
Ini tidak dapat dilakukan dengan kekerasan. Penggunaan kekerasan bertentangan
dengan asas‑asas pemerintahan Allah; Ia menghendaki hanya pelayanan kasih; dan
kasih tidak dapat dipaksakan; kasih tidak dapat diperoleh dengan kekerasan atau
kekuasaan. Hanyalah kasih yang dapat menggugah kasih itu. Mengenal Allah berarti
mengasihi‑Nya; tabiat‑Nya wajiblah dinyatakan supaya besar bedanya dengan
tabiat Setan. Pekerjaan ini dapat dilakukan hanya oleh satu Oknum di semesta
alam ini. Hanya Dia yang mengetahui tinggi serta dalamnya kasih Allah itu yang
dapat menunjukkannya. Dalam malam gelap‑gulita dunia, Matahari Kebenaran wajib
terbit "dengan kesembuhan di bawah kepak‑Nya."
Rencana penebusan kita bukanlah
suatu buah pikiran yang lahir belakangan, suatu rencana yang dirumuskan sesudah
Adam berdosa. Rencana tersebut adalah kenyataan "sesuai dengan kenyataan
rahasia, yang didiamkannya berabad‑abad lamanya." Rm. 16:25. Itulah uraian
asas‑asas yang telah merupakan dasar singgasana Allah sejak zaman abadi. Sejak
mula pertama, Allah dan Kristus sudah mengetahui kemurtadan Setan, dan
kejatuhan manusia oleh kuasa tipu‑daya pendurhaka itu. Allah tidak merencanakan
supaya dosa ada, tetapi melihatnya lebih dulu jauh sebelum dosa itu lahir, lalu
mengadakan persiapan guna menghadapi peristiwa yang mengerikan itu. Sungguh
besar kasih‑Nya bagi dunia ini sehingga dijanjikan‑Nya memberikan Anak‑Nya yang
tunggal, "supaya setiap orang yang percaya kepada‑Nya tidak binasa,
melainkan beroleh hidup yang kekal." Yoh. 3:16.
Bintang Timur telah berkata,
"Aku hendak naik ke langit, aku hendak mendirikan takhtaku mengatasi
bintang‑bintang Allah; . . . hendak menyamai Yang Mahatinggi!" Yes. 14:13,
14. Tetapi Kristus "yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap
kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan
telah mengosongkan diri‑Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan
menjadi sama dengan manusia." Flp. 2:6, 7.
Inilah suatu pengorbanan suka‑rela.
Yesus sebenarnya boleh tetap tinggal di sisi Bapa. Ia sebenarnya boleh tetap
memiliki kemuliaan surga, dan mendapat penghormatan segala malaikat. Tetapi la
memilih menyerahkan kembali tongkat kerajaan itu ke tangan Bapa, dan turun dari
takhta kerajaan alam semesta, supaya Ia dapat membawa terang kepada mereka yang
di dalam kegelapan, serta hidup kepada mereka yang nyaris binasa.
Hampir dua ribu tahun yang
lampau, terdengarlah suatu suara mengandung arti rahasia di surga dari takhta
Allah, "Bahwasanya Aku ini datang." "Korban sembelihan dan
persembahan tidak Engkau kehendaki, melainkan telah Kau sediakan tubuh itu bagi‑Ku....
Bahwasanya Aku ini datang (dalam gulungan Alkitab tersuratlah akan hal‑Ku,)
akan membuat kehendak‑Mu, ya Allah." Dalam kata‑kata ini diumumkan
pelaksanaan maksud yang telah dirahasiakan sejak zaman yang kekal. Kristus
sudah hampir akan mengunjungi dunia kita ini, dan menjelma menjadi manusia.
Firman‑Nya, "Telah Kau sediakan tubuh itu bagi‑Ku." Sekiranya Ia
datang dengan kemuliaan yang ada pada‑Nya bersama dengan Bapa sebelum dunia
ada, maka kita tidak akan tahan melihat cahaya hadirat‑Nya. Supaya kita dapat
melihat‑Nya dan tidak menjadi binasa, kehebatan kemuliaan‑Nya diselubungi.
Keilahian‑Nya diselubungi dengan kemanusiaan, kemuliaan yang tidak kelihatan
dalam tubuh manusia yang kelihatan.
Maksud besar ini telah
dibayangkan selanjutnya dalam bayangan dan lambang. Belukar yang bernyala‑nyala,
yang dalamnya Kristus menampakkan diri kepada Musa, menyatakan Allah. Lambang
yang digunakan untuk membayangkan kepribadian Ilahi itu adalah sebuah belukar
yang sederhana, yang nampaknya tiada mengandung penarikan. Belukar itu menjadi
lambang Ilahi. Allah Yang Mahamurah itu menyelubungi kemuliaan‑Nya dalam sebuah
lambang yang paling sederhana, supaya Musa dapat melihatnya dan tetap hidup.
Demikianlah dalam tiang awan pada siang hari dan dalam tiang api pada malam
hari, Allah mengadakan hubungan dengan Israel, menyatakan kehendak‑Nya kepada
manusia, serta mengaruniakan rahmat‑Nya kepada mereka. Kemuliaan Allah
dikurangi, serta kebesaran‑Nya diselubungi supaya mata manusia yang lemah itu
dapat melihatnya. Demikianlah Kristus harus datang dalam tubuh seperti
"tubuh kita yang hina ini," "dalam rupa manusia." Di mata
dunia Ia tidak mempunyai kecantikan sehingga mereka harus menyukai Dia; namun
Ialah Allah yang telah menjelma, terang surga dan bumi. Kemuliaan‑Nya diselubungi,
kebesaran serta kekuasaan‑Nya disembunyikan, supaya la dapat merapatkan diri
kepada manusia yang berduka‑cita dan tergoda.
Allah memberikan perintah kepada
Musa bagi Israel, "Dan mereka harus membuat tempat kudus bagi‑Ku, supaya
Aku akan diam di tengah‑tengah mereka," (Kel. 25:8), dan la bersemayam
dalam bait suci itu, di antara umat‑Nya. Selama pengembaraan mereka yang
memenatkan di padang belantara itu, lambang hadirat‑Nya menyertai mereka.
Demikianlah Kristus mendirikan bait suci‑Nya di antara tempat kediaman manusia.
Didirikan‑Nya kemah‑Nya di samping kemah‑kemah manusia, supaya Ia dapat diam di
antara kita, dan membuat kita tahu benar tabiat serta hidup‑Nya yang Ilahi.
"Maka Kalam itu telah menjadi daging dan duduk di antara kami (maka telah
kami melihat kemuliaan‑Nya, suatu kemuliaan seperti Anak Tunggal Bapa) penuhlah
la dengan karunia dan kebenaran."
Karena Yesus datang untuk tinggal
dengan kita di dunia ini, kita tahu bahwa Tuhan telah maklum akan segala
kesukaran kita, dan turut merasa segenap kesusahan kita. Setiap anak Adam baik
pria maupun wanita dapat mengerti bahwa Khalik kita itu adalah sahabat orang‑orang
berdosa. Karena dalam setiap doktrin anugerah, setiap janji kegirangan, setiap
perbuatan kasih, setiap penarikan Ilahi yang ditunjukkan dalam hidup
Juruselamat tatkala di bumi ini, nampak oleh kita "Allah beserta
kita."
Setan menunjukkan hukum kasih
Allah sebagai hukum yang berdasarkan sifat mementingkan diri. Ia menyatakan
bahwa sungguh mustahil bagi kita menurut segala ajarannya. Kejatuhan nenek
moyang kita yang pertama, bersama segala malapetaka yang telah timbul,
dituduhkannya ke atas Khalik, menyebabkan manusia memandang Allah sebagai
sumber dosa, penderitaan, dan maut. Yesus harus menyingkap tabir penipuan ini.
Selaku seorang dari antara kita Ia harus memberikan sebuah contoh penurutan.
Untuk maksud ini la mengenakan sifat‑sifat kita, dan merasai segala pengalaman
kita. "Haruslah Ia menjadi sama dengan segala saudara dalam segala
perkara." Kalau kita harus menanggung sesuatu yang tidak ditanggung oleh
Yesus, maka dalam hal ini Setan akan mengatakan bahwa kuasa Allah tidak cukup
bagi kita. Karena itu Yesus telah "digoda dalam segala perkara, sama
seperti kita juga." Ditanggung‑Nya segala ujian yang kita juga derita.
Tidak pernah la menggunakan sesuatu kuasa apa pun untuk kepentingan diri‑Nya
sendiri, yang tak dikaruniakan kepada kita dengan leluasa. Selaku seorang
manusia Ia menghadapi penggodaan, dan mengalahkannya dengan tenaga yang
dikaruniakan Allah kepada‑Nya. Sabda‑Nya, "Aku gemar melakukan kehendak‑Mu,
ya Allah‑Ku, dan hukum‑Mu adalah di dalam dada‑Ku." Sementara Ia berjalan
keliling berbuat baik, dan menyembuhkan semua orang yang dianiaya Setan, Ia
menjelaskan kepada umat manusia keadaan hukum Allah dan sifat pekerjaan‑Nya. Hidup‑Nya
menyaksikan bahwa mungkinlah bagi kita juga untuk menurut hukum Allah.
Dengan kemanusiaan‑Nya, Kristus
menjamah manusia; dengan Keilahian‑Nya Ia berpegang pada takhta Allah. Selaku
Anak manusia, Ia memberi kepada kita satu teladan penurutan; selaku Putra
Allah, la memberikan kepada kita kuasa untuk menurut. Kristuslah yang dari
belukar di Bukit Horeb dulu berfirman kepada Musa begini, "AKU ADA, YANG
AKU ADA. Demikian hendaklah kaukatakan kepada bani Israel: Bahwa AKU ADA
menyuruh aku kepada kamu." Inilah ikrar aksi pembebasan bani Israel. Maka
ketika Ia datang dalam keadaan yang "sama dengan manusia, la menyatakan
diri‑Nya sebagai AKU ADA Anak Betlehem, Juruselamat yang lemah‑lembut dan
rendah hati itu, ialah Allah yang "dinyatakan dalam daging." Dan
kepada kita Ia bersabda, "'AKULAH Gembala yang Baik.' 'AKU inilah Roti
Hidup.' 'AKU inilah Jalan, dan Kebenaran, dan Hidup.' 'Segala kuasa telah
dikaruniakan kepada‑Ku, baik di langit, baik di atas bumi', 'AKULAH jaminan
segala janji.' 'AKU ADA; jangan takut.'" "Allah adalah dengan
kita" ialah jaminan kelepasan kita dan dosa, jaminan tenaga kita untuk
menurut hukum surga.
Dalam merendahkan diri untuk
mengenakan tubuh kemanusiaan pada diri‑Nya, Kristus menyatakan suatu tabiat
yang berlawanan dengan tabiat Setan. Tetapi Ia turun lebih rendah lagi di jalan
kehinaan. "Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri‑Nya
dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib." Flp. 2:8.
Sebagaimana imam besar menanggalkan jubah‑jubah keimamatannya yang serba indah,
dan bekerja dengan memakai jubah putih imam yang biasa, demikian juga Kristus
mengambil rupa seorang pelayan, dan mempersembahkan korban, Dia sendiri
imamnya, Dia sendiri pula korbannya. "Tetapi Dia tertikam oleh karena
pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang
mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur‑bilurnya
kita menjadi sembuh." Yes. 53:5.
Kristus diperlakukan sebagaimana
kita layak diperlakukan, supaya kita dapat diperlakukan sebagaimana la layak
diperlakukan. Ia dihinakan karena segala dosa kita, yang dalamnya Ia tidak
terlibat, supaya kita dapat dibenarkan oleh kebenaran‑Nya yang dalamnya kita
tidak mempunyai hak apa‑apa. Ia menderita kematian yang kita punya, supaya kita
mendapat hidup yang Dia punya. "Oleh segala bilur‑Nya kita pun
disembuhkan."
Oleh kehidupan dan kematian‑Nya,
Kristus telah memperoleh jauh melebihi pemulihan dari kebinasaan yang terjadi
oleh dosa. Adalah maksud Setan untuk mengadakan perpisahan yang kekal antara
Allah dan umat manusia; tetapi dalam Kristus, kita dihubungkan lebih rapat lagi
dengan Allah daripada sekiranya kita tidak pernah berdosa. Dalam mengambil
sifat‑sifat kita, Juruselamat telah mengikatkan diri‑Nya kepada manusia dengan
ikatan kasih yang tidak pernah akan putus. Sepanjang zaman yang kekal Ia
dihubungkan dengan kita. "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini,
sehingga Ia telah mengaruniakan Anak‑Nya yang tunggal." Yoh. 3:16. Ia
mengaruniakan Dia bukan saja untuk memikul dosa‑dosa kita belaka, dan mati
sebagai korban kita; la menyerahkan Dia kepada umat yang telah berdosa. Untuk
memberi kita kepastian tentang bicara perdamaian‑Nya yang tidak terubah itu,
Allah mengaruniakan Anak‑Nya yang tunggal itu untuk menjadi anggota keluarga
umat manusia, untuk selama‑lamanya memiliki sifat kemanusiaan‑Nya. Inilah ikrar
yang menunjukkan bahwa Allah pasti akan menepati janji‑Nya. "Seorang kanak‑kanak
sudah jadi bagi kita, seorang anak laki‑laki sudah dikaruniakan kepada kita;
bahwa pemerintahan ada di atas bahu‑Nya." Allah telah memakai sifat
kemanusiaan dalam diri Anak‑Nya, dan telah membawanya ke langit yang tertinggi.
"Anak manusia" itulah yang juga turut bersemayam di takhta alam
semesta. "Anak manusia" itulah yang nama‑Nya akan disebut, "
namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal,
Raja Damai." AKU ADA itulah Pengantara antara Allah dan manusia, yang
meletakkan tangan‑Nya atas keduanya. Ia yang "saleh, tanpa salah, tanpa
noda, yang terpisah dari orang‑orang berdosa" itu, tidak merasa malu untuk
menyebut kita saudara. lbr.7:26; 2:11. Dalam Kristus keluarga yang di bumi dan
yang di surga dipersatukan. Kristus yang dipermuliakan itu adalah saudara kita.
Surga dikandung‑puja dalam dada manusia, dan manusia dirangkul mesra dalam dada
Kasih Yang Tidak Terduga
Mengenai umat‑Nya Allah
berfirman, "Beberapa tiang batu yang berkarang akan didirikan seperti
panji‑panji pada tanahnya. Hai betapa besar kemuliaan‑Nya! Hai betapa besar
keelokannya!" Kemuliaan umat tebusan akan menjadi sebuah kesaksian yang
kekal bagi belas kasihan Allah. "Pada segala zaman yang akan datang
kelak," la akan menunjukkan "kekayaan karunia‑Nya yang amat limpah
itu oleh kemurahan‑Nya atas kita dalam Yesus Kristus." "Supaya
sekarang oleh jemaat diberitahukan pelbagai ragam hikmat Allah kepada
pemerintah‑pemerintah dan penguasa‑penguasa di surga, sesuai dengan maksud
abadi, yang telah dilaksanakan‑Nya dalam Kristus Yesus, Tuhan kita."
Efesus 3:7; 3:10, 11.
Oleh pekerjaan tebusan Kristus,
pemerintahan Allah dibenarkan. Yang Mahakuasa itu dinyatakan sebagai Allah
kasih. Segala tuduhan Setan terbukti salah dan tabiatnya dinyatakan.
Pemberontakan tidak akan dapat timbul lagi. Dosa bahkan tidak dapat memasuki
lagi alam semesta. Sepanjang zaman yang kekal semua orang akan terhindar dari
bencana kemurtadan. Oleh pengorbanan diri sendiri yang lahir dari kasih,
penduduk bumi dan surga terikat kepada Khaliknya dalam ikatan‑ikatan
persekutuan yang tidak dapat terurai lagi.
Pekerjaan tebusan akan sempurna.
Di tempat dosa merajalela dulu rahmat Allah akan lebih berkelimpahan lagi. Bumi
sendiri, justru ladang yang dikatakan Setan sebagai hak miliknya itu, bukan
hanya akan ditebus tetapi juga dimuliakan. Dunia kita yang kecil ini, yang
akibat laknat dosa merupakan satu‑satunya noda hitam dalam semesta alam ciptaan‑Nya
yang mulia itu, akan dihormati melebihi segala dunia lain yang ada di semesta
alam Allah. Di sinilah tempat Anak Allah telah tinggal di antara manusia tempat
Raja Kemuliaan hidup, menderita dan mati, di sinilah apabila Ia memperbarui
segala sesuatu kelak, bait Allah akan ada di antara manusia "dan Tuhan pun
akan duduk dengan mereka itu, dan mereka itu akan menjadi umat‑Nya dan Allah
sendiri akan serta dengan mereka itu dan menjadi Allah‑Nya." Maka
sepanjang zaman yang kekal sementara orang‑orang tebusan berjalan dalam cahaya
Tuhan kelak, mereka akan memuji‑muji Dia karena Karunia‑Nya yang tidak dapat
diungkapkan dengan kata‑kata itu, Imanuel, "Allah beserta kita."
Sumber : Kerinduan Segala Zaman. Pasal 1. Ellen G. White.